Terkaparnya Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok dalam pemilihan gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta putaran kedua dengan perolehan di bawah pasangan Anies Baswedan Sandiaga Uno, meruntuhkan semua pencitraan yang dibangun gubernur DKI Jakarta selama ini.
Padahal, barisan pendukung dengan mendapat asupan dari partai-partai pemerintah dan bahkan campur tangan kekuasaan di belakang Ahok seakan tidak berdaya, dengan pilihan masyarakat Jakarta. Meski, pencitraan soal figur Ahok yang bersih dan pemberani dalam mengambil keputusan tidak cukup membuat para pemilik suara Ibu Kota memilih dirinya.
Aktivis yang juga Tokoh Rumah Amanah Rakyat (RAR) Ferdinand Hutahaean mengatakan bahwa ada sarat makna besar atas kekalahan Ahok yang mengarah kepada kekuasaan besar di negeri ini.
“Kekalahan Basuki Tjahaja Purnama kemarin adalah sebuah kekalahan yang sarat makna, sebuah kekalahan sempurna yang pesannya harus dipahami terutama oleh kekuasaan,” kata Ferdinand, di Jakarta, Senin (24/4).
Dalam kekalahan Ahok itu, sambung Ferdinand, ada pesan yang menjadi teguran keras yang dialamatkan ke jantung kekuasaan. Bahwa tidak ada kekuasaan manapun yang mampu mengalahkan kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa.
“Tidak ada kekuasaan manusia manapun yang mampu membendung doa rakyat tertindas serta tidak ada kekuasaan manapun yang boleh menantang kekuasaan Tuhan. Itulah pesan yang menjadi teguran keras kepada penguasa, dan elit-elit politik yang melihat masalah bangsa ini hanya dari sudut pandang sempitnya saja tanpa mau melihat dari sudut pandang luas masyarakat,” papar dia.
Sebab, kata Ferdinand, kekuatan Anies-Sandi bila dilihat dari partai yang mendukung yakni Partai Gerinda, PKS dan PAN jelang pencoblosan tidak sebanding dengan kekuatan yang dimiliki seorang Ahok yang berstatus sebagai si penista agama.
Adalah, Nasdem, PDIP, Golkar, bahkan PPP dari kedua kubu dan PKB ikut merapat mendukung pencalonan Ahok. Tidak hanya itu saja, bahkan keberhasilan Ahok mampu melobi para pemuka agama Islam, terutama dari kalangan Nahdlatul Ulama, termasuk aktivis dari badan otonom Ormas Islam tersebut, seperti GP Ansor, tidak jadi jaminan mereguk kemenangan.
“Kekalahan telah menghukum kepongahan dan keangkuhan selama ini yang dipertontonkan oleh kekuasaan. Ahok bahkan sesumbar akan menantang Tuhan dan melawan seisi Republik ini seraya merasa dirinya adalah makhluk suci tanpa dosa,” ujarnya.
“Keangkuhan seorang manusia yang sesungguhnya hina atas segala kecongkakan. Ahok kalah, Ahok dihukum, doa rakyat tertindas, doa Umat yang menangis terkabul, Jakarta pun akhirnya memilih Gubernur baru,” tandas dia.
sumber >> http://www.posmetro.info/2017/04/ferdinand-kekalahan-telah-menghukum.html?m=1
Tidak ada komentar:
Posting Komentar