Setelah sekian lama tidak mendengar kabar dari SBY sejak pengumuman bahwa AHY dipastikan gagal dalam Pilkada DKI, kali ini kabar munculnya SBY datang dari wakil ketua umum Partai Demokrat Roy Suryo. Dia mengatakan SBY akan mengumumkan langsung arah dukungan dari partai Demokrat. Deklarasi dukungan itu akan disampaikan di kantor DPP Partai Demokrat.
“Sebenarnya bocorannya sudah ada, cuma besok Insya Allah akan diumumkan langsung oleh ketua umum Demokrat, oleh Pak SBY, atau oleh Sekjen Hinca Pandjaitan,” kata Roy Suryo.
Seperti yang kita ketahui, Partai Demokrat adalah partai yang mengusung pasangan calon Agus-Sylvi yang sudah duluan kalah karena peroleh suara paling rendah dibandingkan dengan dua paslon lain, hanya sekitar 17,05 persen atau 937.955 suara. Otomatis beberapa partai pendukung Agus-Sylvi menjadi rebutan bagi paslon Ahok-Djarot dan Anies-Sandi.
Sekarang kita akan analisa kemungkinan arah gerak dari Partai Demokrat. Hanya ada tiga kemungkinan, tidak lebih. Yang pertama adalah SBY memutuskan Demokrat akan mendukung pasangan Ahok-Djarot. Sebenarnya ini sangat kecil kemungkinannya bahkan tidak mungkin melihat sejarah partai Demokrat dan partai PDIP yang mengusung Ahok-Djarot. Tapi yang namanya politik, segalanya bisa terjadi. Politik itu dinamis dan kadang penuh dengan kejutan yang tidak disangka sebelumnya. Tapi saya rasa berat Demokrat akan mendeklarasikan dukung pada paslon ini. Kalau mendukung, saya mungkin akan menjadi yang pertama terkejut.
Yang kedua adalah, Demokrat akan melakukan apa yang biasanya dilakukan, yaitu tidak memihak dan mendukung siapa pun alias netral. Dalam posisi ini Demokrat akan mempersilakan kader atau relawan Agus-Sylvi untuk memilih salah satu paslon sesuai keinginan. Manuver ini sudah biasa dilakukan Demokrat ketika partai ini menyatakan akan bersikap netral atau tidak akan bergabung secara formal dengan kubu Jokowi ataupun kubu Prabowo dalam Pilpres 2014 lalu. Hasil ini dicapai saat diadakan Rapimnas di mana ada 4 opsi yang diberikan, yaitu mendukung Jokowi dan berkoalisi dengan PDIP, mendukung Prabowo di mana Gerindra sebelumnya sudah mengajak Demokrat berkoalisi, membentuk poros baru dengan mencalonkan Capres sendiri atau bersikap netral tidak mendukung siapa pun.
Saya rasa opsi netral akan menjadi langkah yang akan dilakukan SBY saat mengumumkan arah dukungan besok. Kemungkinannya cukup besar. Tapi dari perkataan Roy Suryo sepertinya mematahkan asumsi ini. Dia mengatakan SBY akan mengumumkan langsung arah dukungan dari partai Demokrat. Lihat kembali kata yang di-bold. Arah dukungan? Berarti ada yang didukung, bukan? Jika ini terjadi, maka asumsi netral tidak akan terjadi, meskipun kemungkinannya masih besar. Di sisi lain kekuatan Demokrat sebenarnya kian hari kian lemah secara politik. Mengurung diri dengan cara tak mendukung pihak mana pun sebenarnya tidak memberi keuntungan sama sekali.
Opsi ketiga adalah SBY akan mendukung paslon Anies-Sandi dan berkoalisi dengan Gerindra dan PKS. Ini diperkuat oleh pernyataan Prabowo sendiri pada tanggal 2 Maret lalu di mana dia memastikan akan bertemu dengan SBY meski tidak diketahui kapan dan di mana pertemuan tersebut akan berlangsung. Dia juga sempat berbincang dengan SBY sebelum Raja Salman tiba di gedung DPR. Ini tentu saja memancing rasa penasaran. Prabowo merahasiakan isi pembicaraan ketika ditanya oleh wartawan.
Jika mereka berdua jadi bertemu, maka jangka pendeknya adalah mengenai Pilkada DKI Jakarta putaran kedua, jangka panjangnya adalah terkait Pilpres yang hanya menunggu dua tahun lagi. Prabowo yang sebagai ketua Partai Gerindra yang mengusung Anies-Sandi kemungkinan mengajak Demokrat untuk berkoalisi dengan harapan merebut suara Agus-Sylvi yang sekitar 17,05 persen. Jangan lupa, meski hanya 17,05 persen, ini sudah cukup menumbangkan Ahok-Djarot karena suara Anies-Sandi hanya terpaut 3-4 persen saja. Tidak heran dan aneh jika seorang Prabowo berusaha merayu agar SBY mendukung Anies-Sandi.
Tapi asumsi ini juga memiliki kelemahan. Sampai sekarang tidak diketahui kapan kedua tokoh ini akan bertemu muka. Meski ada rencana tapi belum ada realiasi, sedangkan besok/hari ini SBY sudah akan mengumumkan apa langkah partai Demokrat selanjutnya terkait Pilkada DKI. Rasanya tidak mungkin SBY mendukung Anies-Sandi tanpa bertemu dan membicarakannya dengan Prabowo terlebih dahulu, karena dukungan seperti ini ada harganya yaitu kesepakatan yang disetujui kedua belah pihak. Melihat kondisi ini, asumsi Demokrat mendukung Anies-Sandi bisa saja terbantahkan.
Jika disimpulkan, maka kemungkinan langkah yang akan diambil Partai Demokrat adalah mendukung Anies-Sandi atau bersikap netral seperti pada Pilpres lalu, meski tetap ada kemungkinan mendukung Ahok-Djarot (karena alasan yang sangat panjang jika dijelaskan di sini). Demokrat mendukung Anies-Sandi atau netral, itu sudah diprediksi dan tidak mengherankan. Tapi apabila Demokrat mendukung Ahok-Djarot, maka ini akan menjadi kejutan politik yang lumayan greget.
Kalau saya sih maunya SBY dukung Anies-Sandi atau netral saja. Mendukung Ahok-Djarot ditakutkan malah blunder dan merugikan citra paslon ini. Tentunya kita masih ingat bagaimana manuver keliru SBY sehingga merugikan AHY di Pilkada dan tidak ingin ini terulang lagi untuk Ahok.
Bagaimana menurut Anda?
Sumber : /www.seword.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar